Barcode

1. LATAR BELAKANG
Pada awal 1970-an, Bernard Silver dan Norman Woodland. dua mahasiswa Drexler Institute of Technology di Amerika Serikat, bermimpi membuat label yang bisa mengurangi kesalahan pengetikan data. Saat itu banyak perusahaan dan jaringan toko besar yang kelimpungan mengawasi keluar-masuknya barang, akibat salah ketik para operator data. Mereka lalu merancang sistem yang menggunakan tinta khusus (untuk menghasilkan pola semacam pola bar code yang digunakan sekarang) yang bercahaya jika terkena sinar ultraviolet. Sistem pengkodean produk secara otomatis ini untuk pertama kalinya dipatenkan atas nama Bernard Silver dan Norman Woodlan. Tetapi ternyata tinta ini kurang stabil dan sistemnya sendiri memakan biaya tinggi.
Pada 1973, teknologi itu disempurnakan oleh raksasa produsen komputer, IBM, sehingga menjadi bar code. Sebuah kode batang (atau barcode) adalah suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin. Ada gambar garis-garis dengan berbagai macam ketebalan, dan ada 12 angka khusus di bawah garis-garis itu. Para peneliti di IBM berhasil mengembangkan sistem yang lebih murah dan sederhana sehingga langsung populer di seluruh dunia.

Penggunaan awal kode batang adalah untuk mengotomatiskan sistem pemeriksaan di swalayan, dimana menjadi universal saat ini. Penggunaannya telah menyebar ke berbagai kegunaan lain. Ketika pemindai membaca angka khusus ini, komputer akan mengaitkan dengan data yang ada di pusat data. Misalnya, data harga barang. Jadi, ketika barang ini lewat di komputer kasir, harga barang itu pun muncul dan siap dihitung.
Tanpa bar code, bisa dibayangkan betapa repotnya pengelola hipermarket bila, misalkan, tiba-tiba mereka ingin menaikkan harga pasta gigi. Mereka mesti menempeli semua pasta gigi dengan label harga yang baru. Bisa terbayang bagaimana kerepotan pengelola hipermarket bila harus mengubah label harga ribuan pasta gigi.
Pada berbagai razia yang dilakukan oleh badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan), beberapa produk yang terbilang terkenal, diketahui palsu. Hal ini membuat masyarakat resah.
Pada tingkat dunia, terjadi kasus yang cukup terkenal yaitu saat Letnan Kolonel Oliver North memberikan Asisten Sekretaris Negara Amerika Serikat, Elliott Abrams nomor akun bank Swiss yang salah untuk mendepositokan $ 10 juta untuk lembaga Contras. Nomor kas yang benar dimulai dengan “386”, sedangkan nomor yang North berikan kepada Abrams dimulai dengan “368”.
2. KONSEP KETERBAGIAN
Konsep keterbagian sangat berperan dalam teori bilangan. Sebuah bilangan bulat bukan nol t dikatakan pembagi suatu bilangan bulat s jika terdapat bilangan bulat u sedemikian sehingga s=tu, dituliskan t|s (baca:”t membagi s”). Bila t bukan pembagi s, ditulis t | s. Sebuah bilangan bulat s disebut kelipatan dari suatu bilangan bulat t jika terdapat bilangan bulat u sedemikian sehingga s=tu. Dari konsep ini, dapat diperluas ke dalam sifat bilangan bulat:
Teorema Algoritma Pembagian
Misalkan a dan b masing-masing adalah bilangan bulat dengan b>0. Maka terdapat dengan tunggal bilangan bulat q dan r dengan sifat a=bq+r dimana 0≤r≤b.
Bukti:
Anggap himpunan S berisi anggota semua a-bk, dimana k adalah suatu bilangan bulat dan a-bk positif. Jika 0 anggota S, maka b membagi a dan didapatkan hasil dengan q = a/b dan r = 0. Andaikan 0 anggota S. Karena S tidak kosong (jika a>0, a-b.0 anggota S; jika a<0, a-b(2a) = a(1-2b) anggota S; a≠0 karena 0 bukan anggota S), bisa diterapkan “Prinsip Terurut Sempurna” (setiap himpunan tidak kosong dari bilangan bulat positif pasti mempunyai anggota terkecil) untuk menyimpulkan bahwa S memiliki anggota terkecil, sebut saja r = a-bq. Maka a = bq+r dan r positif, sehingga terbukti untuk rb, maka a-b(q+1) = a-bq-b = r-b > 0 sehingga a-b(q+1) anggota S. Namun a-b(q+1)<a-bq, dan a-bq adalah anggota terkecil di S. Haruslah r≤b. Tetapi jika r = b, maka 0 anggota S yang mana merupakan kontradiksi dengan pengandaian. Jadi, r<b.
Untuk membuktikan ketunggalan q dan r, misalkan terdapat bilangan bulat q, q’, r, dan r’ sedemikian sehingga a = bq+r, 0≤r<b dan a = bq’+r’, 0≤r’<b. Untuk memudahkan, misalkan r’≥r. Maka bq+r = bq’+r’ dan b(q-q’) = r’-r. Sehingga b membagi r’-r dan 0≤r’-r≤r’<b. Ini berakibat r’-r = 0 dan karenanya r’=r dan q’ = q. □
Bilangan bulat q pada algoritma pembagian di atas disebut hasil bagi pada pembagian a oleh b, sedangkan bilangan bulat r disebut sisa pada pembagian a oleh b.
3. ARITMETIKA MODULAR
Salah satu penerapan dari algoritma pembagian yang penting adalah aritmetika modular. Aritmetika modular adalah sistem perhitungan dengan menggunakan konsep sisa pembagian (modulo) (red.). Aritmetika modular sebenarnya merupakan abstraksi dari metode perhitungan yang sehari-hari digunakan. Sebagai contoh, jika sekarang adalah bulan Maret, 25 bulan berikutnya adalah bulan April. Untuk mendapatkan jawaban tersebut, tidak perlu menambahkan satu per satu bulan sampai 25 bulan untuk memperolehnya. Bisa menggunakan trik yang sederhana, yaitu dengan memandang 25=2.12+1, dengan ini, tambahkan satu bulan ke Maret sehingga diperoleh bulan April.
Dari contoh di atas, secara umum bila a = qn+r, dimana q adalah sisa pembagian a oleh n, dapat dituliskan a mod n = r atau sebagai a = r mod n.
Contoh:
3 mod 2 = 1 karena 3 = 1.2+1
6 mod 2 = 0 karena 6 = 3.2+0
11 mod 3 = 2 karena 11 = 3.3+2
62 mod 85 = 62 karena 62 = 0.85+62
Secara umum, jika a dan b adalah bilangan bulat dan n adalah bilangan bulat positif, maka a = b mod n bila n membagi a-b.
Bila menghitung ab mod n atau (a+b) mod n dan a atau b lebih besar daripada n, lebih mudah menggunakan mod dulu. Dengan cara ini, kita peroleh:
(ab) mod n = ((a mod n)(b mod n)) mod n, atau
(a+b) mod n = ((a mod n)+(b mod n)) mod n
Secara umum, jika a dan b adalah bilangan bulat dan n adalah bilangan bulat positif, maka a = b mod n bila n membagi a-b.
Bila kita menghitung ab mod n atau (a+b) mod n dan a atau b lebih besar daripada n, lebih mudah menggunakan mod dulu. Dengan cara ini diperoleh:
(ab) mod n = ((a mod n) (b mod n)) mod n, dan
(a+b) mod n = ((a mod n) + (b mod n)) mod n
4. PENGERTIAN BAR CODE
Bar code berasal dari bahasa Inggris, bar berarti batang, sedangkan code berarti sandi/kode. Jadi secara harfiah bar code berarti kode batang. Sedangkan menurut istilah, bar code berarti “garis-garis hitam yang dibuat menurut kode tertentu, umumnya digunakan sebagai identifikasi terhadap suatu objek atau barang”
Kode ini dicetak di atas stiker atau di kotak bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh alat pengimbas (Barcode reader) yang akan menerjemahkan kode ini ke data/informasi yang mempunyai arti. Di supermarket, barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer. Bar code merupakan suatu peralatan input yang didesain untuk tujuan yang spesifik dan direpresentasikan sebagai data numerik yang dibentuk oleh serangkaian bar (garis). Garis-garis tersebut memiliki panjang dan ketebalan yang bervariasi. 
5. KETENTUAN BAR CODE
Barcode dibedakan menjadi 2 jenis :
1. barcode 1 dimensi, terdiri dari garis-garis yang berwarna putih dan hitam. warna putih untuk nilai 0 dan warna hitam untuk nilai 1.
2. barcode 2 dimensi, sudah tidak berupa garis-garis lagi, akan tetapi seperti gambar, jadi informasi yang tersimpan di dalamnya akan lebih besar.
Spesifikasi untuk tipe barcode, ukuran, penempatan dan mutu semuanya tergantung kepada di mana pembacaan barcode tersebut akan dilakukan .
Digit yang harus tercetak dibawah simbol EAN/UPC pada Human Readable text:
1. Dibawah simbol UPC-A hanya mencetak 12 digit.
2. Dibawah simbol EAN-13 hanya mencetak 13 digit.
3. Dibawah simbol EAN-8 hanya mencetak 8 digit.
bar code
Gambar Contoh Barcode
Umumnya bar code barang berdasarkan Negara + Pabrikan + Kode Barang (lihat gambar). Untuk banyak bisnis skala kecil, biasanya lebih memilih untuk membuat kode barang secara random 8 s/d 13 angka saja. Ada juga yang membuatnya berdasarkan Kode kategori + Kode Pabrikan + Kode barang.
Kode negara pada bar code
00-13: AS & Kanada
20-29: In-Store Functions
30-37: Perancis
40-44: Jerman
45: Jepang (also 49)
46: Federasi Rusia
471: Taiwan
474: Estonia
475: Latvia
477: Lithuania
479: Sri Lanka
480: Filipina
482: Ukraina
484: Moldova
485: Armenia
486: Georgia
487: Kazakhstan
489: Hong Kong
49: Jepang (JAN-13)
50: Inggris
520: Yunani
528: Lebanon
529: Siprus
531: Masedonia
535: Malta
54: Belgia&Luxembourg
539: Irlandia
560: Portugal
569: Eslandia
57: Denmark
590: Polandia
594: Romania
599: Hungaria
600 & 601: Afrika Selatan
609: Mauritania
611: Maroko
613: Algeria
619: Tunisia
622: Mesir
625: Yordania
626: Iran
64: Finlandia
690-692: China
70: Norwegia
729: Israel
73: Swedia
740: Guatemala
741: El Salvador
742: Honduras
743: Nikaragua
744: Kosta Rika
746: Republik Dominika
750: Meksiko
759: Venezuela
76: Swiss
770: Kolombia
773: Uruguay
775: Peru
777: Bolivia
779: Argentina
780: Chile
784: Paraguay
785: Peru
786: Ekuador
789: Brazil
80 – 83: Italia
84: Spanyol
850: Kuba
858: Slowakia
859: Republik Ceko
860: Yugoslavia
869: Turki
87: Belanda
880: Korea Selatan
885: Thailand
888: Singapura
890: India
893: Vietnam
899: Indonesia
90 & 91: Austria
93: Australia
94: Selandia Baru
955: Malaysia
980: Refund receipts
99: Kupon
978: International Standard Book Numbering (ISBN)
979: International Standard Music Number (ISMN)
981 & 982: Common Currency Coupons
977: International Standard Serial Number for Periodicals (ISSN)
6. CARA KERJA BAR CODE
Barcode merupakan suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin. Tiap digit dibuat dari dua garis hitam dan putih yang berurutan. Tiap digit karakter dapat dipecah ke dalam tujuh elemen. Digit dikodekan secara berbeda tergantung right half atau left half dari simbol bar code. Semua digit pada left half memiliki jumlah garis hitam ganjil dan dimulai dengan garis putih. Semua digit pada right half memiliki jumlah garis hitam genap dan dimulai dengan karakter hitam. Memungkinkan scanning dalam segala arah. Dua kode simbol (right half dan left half) dipisahkan oleh dua garis hitam. Dua garis hitam tersebut digunakan untuk menandai permulaan dan akhir dari simbol bar code.
Standar yang paling umum digunakan untuk barcode adalah Universal Product Code. Berdasarkan standar tersebut, simbol-simbol yang dianggap sebagai angka 6 merupakan penanda untuk scanner. Scanner akan mengubah bagian putih menjadi 0 dan hitam menjadi 1. Pada bagian ujung, simbol diterjemahkan oleh scanner menjadi 101, sedangkan yang di tengah menjadi 01010. Baik 101 maupun 01010 adalah bilangan basis 2 yang nilainya tidak sama dengan 6 basis 10, melainkan 101 = 5 dan 01010 menjadi 10.
Ternyata terjemahan awal hanya mengambil sebagian dari barcode yang melambangkan angka 6. Berdasarkan standar UPC, angka 6 dilambangkan dengan 0101111. Standar tersebut juga menyebutkan simbol untuk angka pada bagian kanan barcode merupakan invers. Hal tersebut dilakukan agar barcode tetap terbaca dengan baik walaupun dibalik. Setelah dibalik, maka angka 6 akan dilambangkan dengan 1010000. Terjemahan awal tersebut hanya melihat bagian 101, karena 0000 hanya berupa garis putih.
7. DIGIT PADA BAR CODE
Digit di bawah bar code sangat penting karena jika bar code rusak atau mutunya rendah, maka digit digunakan sebagai back-up. Satu digit terakhir ini merupakan cek digit. Cek digit ini sebagai digit tambahan, ditetapkan sebagai aplikasi dari aritmetika modular untuk mengidentifikasi bilangan dengan tujuan mendeteksi pemalsuan ataupun kesalahan pada produk. Seluruh Application Identifiers (AI) harus dimasukkan ke dalam tanda kurung di dalam Human Readable Interpretation, tetapi tanda kurung tersebut tidak dikodekan di dalam simbol. Sebagai contoh, akan dibahas barcode di bawab simbol UPC-A, yaitu terdiri dari 12 digit.
barcode 12
Gambar Contoh barcode 12 digit
Pada gambar di atas, bilangan pengidentifikasi UPC-A mempunyai 12 digit. Enam digit pertama menunjukkan kode perusahaan, lima digit menunjukkan kode produk, dan digit terakhir sebagai cek. Pada gambar, cek digitnya yaitu angka 8.
Untuk menjelaskan bagaimana cek digit dihitung, perhatikan notasi dot produk untuk dua pasang sebanyak k (k tuples):
(a1, a2, …, ak).(w1, w2, …, wk) = a1w1+a2w2+…+akwk
Sebuah barang dengan bilangan pengidentifikasi UPC-A a1 a2 … a12 memenuhi kondisi:
(a1, a2, …, a12).(3, 1, 3, 1, …, 3, 1) mod 10 = 0
Untuk memeriksa bilangan pada gambar di atas memenuhi kondisi tersebut,
dihitung:
0.3+2.1+1.3+0.1+0.3+0.1+6.3+5.1+8.3+9.1+7.3+8.1 = 90 mod 10 = 0
Pasangan sebanyak k yang konstan ini digunakan dalam penghitungan cek digit disebut sebagai vektor bobot (weighting vector).
Sekarang, anggap suatu kesalahan terjadi dengan mengganti satu digit pada gambar di atas. Sebagai contoh, misalkan digit di atas menjadi 021000958978 (digit ke-7 diganti). Maka dihitung:
0.3+2.1+1.3+0.1+0.3+0.1+9.3+5.1+8.3+9.1+7.3+8.1 = 99.
Karena 99 mod 10 ≠ 0,maka terdeteksi bilangan yang dimasukkan salah.
Pada umumnya, sebuah kesalahan tunggal akan dihasilkan saat penjumlahan tidak menghasilkan 0 dalam modulo 10.
Manfaat pola UPC ini adalah dapat mendeteksi semua kesalahan yang melibatkan transposisi dua digit yang berdekatan sebaik pendeteksian kesalahan yang melibatkan satu digit. Contohnya, misalkan bilangan pengidentifikasi yang diberikan adalah 021000658798. Perhatikan bahwa dua digit terakhir mendahului cek digit telah bertukar posisi. Dengan penghitungan dot produk, didapatkan 94 mod 10 ≠ 0, sehingga dideteksi sebuah kesalahan. Sebenarnya, kesalahan akibat transposisi dua digit yang berdekatan a dan bisa tidak terdeteksi jika |a-b| = 5. Untuk membuktikannya, perhatikan kesalahan transposisi pada bentuk:
a1 a2 … ai ai+1 … a12 → a1 a2 … ai+1 ai … a12
ini tidak terdeteksi jika dan hanya jika
(a1, a2, …, ai+1, ai, …, a12).(3, 1, 3, 1, …, 3, 1) mod 10 = 0
Oleh karena itu, kesalahan ini tidak terdeteksi jika dan hanya jika
(a1, a2, …, ai+1, ai, …, a12).(3, 1, 3, 1, …, 3, 1) mod 10
= (a1, a2, …, ai, ai+1,…, a12).(3, 1, 3, 1, …, 3, 1) mod 10
Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi :
(3 ai+1 + ai) mod 10 = (3 ai + ai+1) mod 10 ; untuk i genap
atau
(ai+1 + 3 ai) mod 10 = (ai + 3 ai+1) mod 10 ; untuk i ganjil
Kedua kasus di atas dapat disederhanakan menjadi 2 (ai+1 – ai) mod 10 = 0. Ini berarti bahwa | ai+1 – ai | = 5, jika ai+1 ≠ ai.
8. BAR CODE PADA BUKU
Di antara sekian pemakaian bar code, hanya pemakaian bar code pada buku yang mampu mendeteksi semua kesalahan digit tunggal dan semua kesalahan transposisi yang melibatkan digit yang berdekatan. Bar code pada buku disebut dengan ISBN (International Standard Book Number) yang terdiri dari 10 digit. Keberhasilan ini dicapai dengan memperkenalkan karakter X untuk kasus dimana angka 10 diperlukan untuk menghasilkan dot produk sama dengan 0 modulo 11.
Sebagai contoh, misalkan digit ISBN itu adalah 979939804-5. Biasanya ISBN ditulis dengan tambahan karakter – agar lebih mudah dibaca, sehingga digit ISBN di atas menjadi 979-9398-04-5.
Pengecekan ISBN dilakukan dengan menghitung jumlah digit yang sering disebut s1 dan s2. Hasil akhir dari s2 harus dapat dibagi 11 agar ISBN valid. Berikut contoh perhitungan s1 untuk ISBN di atas.
untitled
Perhatikan 16 didapat dari 9+7, 25 didapat dari 16+9, 30 didapat dari 25+5, dan seterusnya.
Hasil dari perhitungan s1 di atas digunakan untuk menghitung s2. Cara yang digunakan sama seperti menghitung s1. Berikut perhitungan s2 untuk ISBN di atas.
untitled1
Perhatikan bahwa 396 habis dibagi 11, artinya ISBN tersebut valid.
9. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini akan dikemukakan dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Bar code tidak berisi data deskriptif
Bar code secara umum tidak berisi data deskriptif, (seperti halnya nomor jaminan sosial atau lisensi plat nomor mobil tidak mengandung informasi tentang nama atau tempat tinggal). Data di suatu kode garis hanyalah suatu nomor referensi yang mana komputer menggunakannya untuk memanggil rekaman database pada disk komputer yang berisi data deskriptif dan informasi lain yang bersangkutan.
Sebagai contoh, bar code yang dipakai pada toko bahan makanan tidak menyimpan data berisi harga atau uraian item makanan; sebagai gantinya bar code mempunyai “kode produk” di dalamnya. Ketika dibaca oleh suatu pembaca bar code dan ditransmisikan ke komputer, komputer menemukan disk rekaman file yang berhubungan dengan nomor item tersebut. Di dalam file disk adalah harga, nama penjual, kuantitas, uraian, dll. Komputer memindai “keterangan harga” dengan membaca bar code, lalu menciptakan register dari item tersebut dan menambahkan harga itu kepada subtotal dari barang-barang makanan dan minuman yang dibeli. (Itu juga mengurangi kuantitas dari total jumlah keseluruhan.).
2. Bar code mempunyai kelemahan
Sebagaimana dijelaskan pada bab III, bar code dengan standar UPC hanya bisa mendeteksi kesalahan pada digit tunggal dan kesalahan yang melibatkan transposisi dari dua digit yang saling berdekatan, namun bila selisih mutlak dari dua digit yang saling berdekatan tersebut adalah 5, maka tidak terdeteksi kesalahan. Juga bar code walaupun sederhana dan dapat menghemat waktu, tetap saja kadang harus menunggu proses scanning di kasir. Kalau sedang ramai, antrean menjadi sangat panjang dan membosankan. Ini memerlukan penyelesaian yang perlu dipikirkan semua pihak. Memang timbul alternatif-alternatif seperti Radio Frequency Identification (RFID), namun sistem ini sangat mahal karena memerlukan silikon dalam jumlah banyak dan kumparan kawat logam sehingga bar code tetap menjadi primadona.
3. Bar code bisa mengidentifikasi asal-muasal suatu produk
Pada beberapa waktu yang lalu, seluruh dunia nampaknya mengambil jarak dengan produk (terutama susu atau makanan) buatan China. Ditengarai adanya ulah (apakah dari produsen atau dari retailer atau pihak tertentu lainnya) yang tidak menampakkan atau tidak menunjukkan “Made In China” atau “Made In Taiwan” karena takut produknya tidak dibeli. Tetapi dengan mudah bisa dikenali dari bar code-nya. Bar code dengan awalan 690, 691 atau 692 adalah made in China. Sedangkan bar code dengan awalan 471 adalah made in Taiwan.
10. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bar code setelah diuji berdasarkan aritmetika modular sudah cukup baik, namun ada beberapa kendala yang dihadapi dalam bar code, di antaranya : 1) bar code dengan standar UPC hanya bisa mendeteksi kesalahan pada digit tunggal dan kesalahan yang melibatkan transposisi dari dua digit yang saling berdekatan, namun bila selisih dari dua digit yang saling berdekatan tersebut adalah lima, maka tidak terdeteksi kesalahan. 2) bar code walaupun sederhana dan dapat menghemat waktu, tetap saja kadang harus menunggu proses scanning di kasir. Kalau sedang ramai, antrean menjadi sangat panjang dan membosankan.
Bagaimanapun, bar code memiliki banyak manfaat yang sangat baik untuk dikembangkan, yaitu:
1. Pada peminjaman di perpustakaan, tidak perlu pusing mencari buku dari daftar katalog atau berjalan ke sana-kemari mencari buku. Cukup duduk di dekat pintu masuk. Peminjam datang dan mencari sendiri bukunya lewat komputer. Setelah ketemu, bisa mengambil dan membawanya ke “kasir”. Petugas akan menggesek label magnetik anti pencurian buku. Jika tidak, alarm akan berbunyi. Cukup butuh waktu beberapa menit untuk semua proses meminjam.
2. Di Spanyol bar code digunakan untuk mencegah tertukarnya bayi.
3. Di Inggris bar code digunakan di rumah sakit untuk mencegah kesalahan pemberian obat. Obat dibagikan langsung oleh para perawat setiap kali datang saatnya minum obat. Sekali beri untuk sekali minum.
11. REKOMENDASI
Untuk menanggulangi kelemahan pada bar code, ada beberapa alternatif selain bar code yang bisa dikembangkan, yaitu:
1. Capacitively Coupled Radio Frequency Identification (RFID).
QR
Gambar Capacitively Coupled RFID
Capacitively Coupled RFID menggunakan silikon sebagai microprocessor dalam jumlah sedikit (hanya 3 mm2). Silikon ini mampu menyimpan data sebanyak 96 bit. Ini berarti semua informasi mengenai produk bisa disimpan dalam chip mungil tersebut. Capacitively Coupled RFID menggunakan tinta karbon khusus yang berfungsi sebagai antena pengirim sinyal radio. Silikon dan elektroda tinta karbon ini ditempelkan di balik label kertas yang bentuknya mirip bar code yang biasa digunakan saat ini (lihat gambar). Sistem ini menggunakan energi listrik yang dihasilkan oleh alat penerima sinyal sebagai sumber tenaga.
Sistemnya berhubungan dengan internet secara nirkabel. Misalnya, seseorang masuk ke sebuah toko dan ingin membeli cokelat. Saat mengambil cokelat tersebut sinyal radio yang dipancarkan label diterima oleh alat penerima sinyal yang bisa dipasang di balik dinding toko (sehingga tidak terlihat). Sinyal tersebut diteruskan ke komputer pusat yang kemudian mengolah data dan mengirimkannya kembali dalam bentuk tampilan harga barang yang dilengkapi dengan tanggal kedaluwarsa. Informasi ini ditampilkan di tampilan elektronik di rak toko tersebut. Informasi ini bisa langsung dikirimkan juga ke alat elektronik, misalnya PDA atau telepon seluler. Setelah selesai berbelanja, tidak perlu lagi mengantre di kasir untuk membayar belanjaan itu.
Sistem ini berusaha sejajar di pasaran, tetapi kesederhanaan, universalitas dan harga rendah kode batang telah membatasinya. US$ 0,005 untuk membuat kode batang bila dibandingkan RFID yang US$ 0,07 hingga US $0,30 per tag.
2. QR (Quick Remarks) Code
QR Code merupakan suatu jenis matriks kode atau bar code dua dimensi yang pertama dibuat pada tahun 1994 dan dikembangkan oleh Denzo Wave yang pada waktu itu merupakan divisi dari Denso Corporation, perusahaan Jepang yang masih bagian dari Toyota group. QR di sini merupakan kependekan dari quick response, sebuah harapan dari pembuatnya bahwa kode ini akan cepat di-decode. Awalnya, QR Code digunakan untuk mendata sparepart kendaraan dalam perusahaan, namun kini penggunaannya semakin meluas apalagi setelah spesifikasi QR Code dilepas ke publik sehingga di produk-produk Jepang sering dijumpai QR Code ini.
QR1
Gambar QR Code
Fungsi dari QR Code hampir sama dengan sistem barcode yaitu digunakan untuk mengidentifikasi benda yang ditempelkan bar code tersebut tetapi QR Code bisa digunakan lebih luas untuk segala macam kebutuhan seperti dipasang di kartu nama, di iklan, dan lainnya. QR Code bisa diisi dengan kode produk (teks), alamat website serta info kontak yang berisi nama, alamat dan nomor telpon. Dengan mencantumkan QR Code di kartu nama maka cukup gunakan HP yang sudah bisa membaca QR Code, otomatis semua data akan masuk ke Phone Book di HP.
Untuk membaca sistim kode yang ada di QR Code tidak dibutuhkan alat scan khusus tetapi cukup dengan HP yang mempunyai fungsi kamera ditambah software khusus untuk membaca QR Code.
Beberapa kelebihan QR Code dibandingkan dengan bar code biasa:
• Kapasitas data yang lebih banyak dimana pada Bar Code hanya bisa menyimpan maksimum 20 digit data sedangkan pada QR Code dapat menampung 7.089 data numerik, 4.296 data alphanumerik, 2.953 data biner, atau 1.817 karakter kanji.
• Tipe Data yang disimpan oleh QR Code juga beragam mulai dari angka, huruf latin, sampai huruf Jepang seperti Kanji, Hiragana dan Katakana.
• Ukuran cetak jauh lebih kecil karena dapat menyimpan data baik secara horisontal maupun vertikal.
untitled2
Gambar Ukuran cetak pada QR Code
• Hasil cetakan lebih tahan terhadap kerusakan seperti debu sampai robek bahkan data masih bisa dibaca walaupun sebagian kode sudah rusak atau robek (maksimum tingkat kerusakan 30%).
• Dapat dibaca dari segala arah atau sudut (360 derajat) sehingga kemungkinan gagal dalam membaca QR Code sangat kecil.
• Tidak seperti bar code yang hanya satu sisinya saja yang mengandung data, QR Code mempunyai dua sisi yang berisi data, dan ini membuat QR Code lebih banyak memuat informasi dibandingkan bar code.
untitled3
Gambar QR Code mempunyai dua sisi yang berisi data

Tidak ada komentar:

Posting Komentar